Sebutkansikap kepahlawanan yang dimiliki guru sesuai isi teks di atas! 5. Jelaskan perbedaan hasil penglihatan menggunakan lup dari kantong plastik yang ukurannya besar dan kecil! 6. Jelaskan proses terbentuknya pelangi berdasarkan sifat cahaya! 7. Sebutkan tiga pengaruh peninggalan Masjid Agung Demak bagi masyarakat sekitar! 8.
Vay Tiền Nhanh. Jejak sejarah dari peninggalan Kerajaan Demak bisa dilihat sampai saat ini dan beberapa di antaranya masih dimanfaatkan masyarakat untuk kegiatan keagamaan. Foto ANTARA FOTO/Aji Styawan Jakarta, CNN Indonesia — Demak merupakan kerajaan Islam tertua di Pulau Jawa dan menjadi pelopor dalam penyebaran agama Islam di Nusantara, khususnya Jawa lewat para Wali Songo Sembilan Wali. Sebelumnya Demak berada di bawah kekuasaan Majapahit . Namun setelah runtuh, banyak daerah yang memisahkan diri salah satunya Demak. Kerajaan Demak pun akhirnya didirikan oleh Raden Patah Jin Bun, yaitu anak dari Brawijaya V Raja Terakhir Majapahit dan Siu Ban Ci selir muslim berdarah Tiongkok. Raden Patah menjadi pemimpin sekaligus pendiri pertama kerajaan Demak pada 1478 hingga 1518 Masehi, dengan gelar Panembahan Jin Bun pasca melegitimasi sebagai penerus Majapahit. Jejak sejarah dari peninggalan kerajaan Demak sampai saat ini masih bisa dilihat, bahkan dapat dikunjungi. Masa Kejayaan Kerajaan Demak Foto ANTARA FOTO/AmpelsaIlustrasi pelabuhan. Terletak di kawasan strategis untuk menopang perekonomian dan militernya, membuat Kerajaan Demak berjaya pada masanya. Sebelum meninggalkan warisan bersejarah, Kerajaan Demak pernah berada di masa kejayaan tertinggi dan menjadi bukti keberadaannya membawa pengaruh sangat besar. Letak kerajaan Demak yang berada di kawasan strategis, mampu memiliki dua pelabuhan besar yang dapat mendorong perekonomian. Kemudian pada abad ke-sixteen, kedudukan kerajaan Demak sedang berada di puncak kejayaannya hingga kerajaan lain saat itu tidak ada yang mampu menandingi. Saat kerajaan Demak berada di masa pimpinan Sultan Trenggono, ia pun berhasil menguasai beberapa daerah yaitu Surabaya, Sunda Kelapa, Tuban, Malang, Pasuruan, dan Blambangan. Masa Keruntuhan Kerajaan Demak Foto ANTARA FOTO/Anis EfizudinIlustrasi. Sejumlah warga berpakaian adat Jawa memikul gunungan sebagai bentuk penghormatan kepada tokoh penyebar agama Islam Sultan Trenggono sekaligus bertujuan untuk melestarikan adat budaya setempat. Seperti istilah roda kehidupan yang terus berputar, masa sugih kerajaan Demak ini tidak selalu berada di atas. Sejumlah konflik yang memperebutkan wilayah kekuasaan justru terjadi sepeninggal Sultan Trenggono. Kedudukan Trenggono saat itu diganti Pangeran Sedo Lepen. Tapi sayangnya, Sedo harus tewas ditangan Pangeran Prawoto karena masalah kekuasaan tadi. Kerajaan Demak pun semakin melemah karena masalah internal antar keluarga kerajaan berlangsung cukup lama. Hingga satu waktu, putra Sedo Lepen yaitu Arya Penangsang melakukan membalas dendam, dengan membunuh Pangeran Prawoto demi mengambil alih kembali kekuasaan sebelumnya. Takhta Arya Penangsang sebagai penguasa terakhir Demak tidak berjalan lama, karena dirinya juga ikut dibunuh oleh Putra angkat Joko Tingkir pada 1568 Masehi dan pasukan pemberontak kiriman Hadi wijaya penguasa Pajang. Sejak saat itu, kekuasaan dari kerajaan Demak pun berakhir, lalu mulai dipindah ke Pajang. Peninggalan Kerajaan Demak Walau telah runtuh, petilasan dari kerajaan Demak ini banyak tersebar khususnya di wilayah Jawa Tengah. Beberapa di antaranya yaitu 1. Masjid Agung Demak Foto ANTARA FOTO/Aji StyawanPeninggalan Kerajaan Demak Serambi Masjid Agung Demak, Bintoro, Demak, Jawa Tengah yang hingga kini masih dimanfaatkan masyarakat untuk kegiatan keagamaan. Masjid Agung Demak menjadi salah satu masjid tertua di Indonesia yang berdiri sejak 1479 Masehi dan berada di daerah Kauman, Demak, Jawa Tengah. Masjid ini didirikan oleh Raden Patah bersama Wali Songo. Situs ini sebelumnya pernah digunakan sebagai pusat belajar dan tempat para ulama wali dalam syiar agama Islam di Pulau Jawa pada abad ke-xv. Selain menjadi bagian dari warisan kerajaan Demak, Masjid Agung masih menjadi sentra kegiatan peribadatan serta keagamaan warga setempat maupun luar kota terutama pada bulan suci Ramadan. Desain dari bangunan Masjid Agung Demak ini sangat kental akan ornamen budaya Jawa, bahkan interiornya menggunakan material kayu dilengkapi ukiran, sehingga terlihat artistik. Di sekitar Masjid Agung Demak juga dilengkapi museum yang menyimpan sejarah masjid Demak. Selain itu ada pula makam Raden Patah, yang saat ini sering dikunjungi peziarah. 2. Makam Sunan Kalijaga [GambasInstagram] Peninggalan kerajaan Demak berikutnya adalah makam Sunan Kalijaga, yaitu salah satu dari sembilan Wali Songo yang pernah berdakwah dalam penyebaran Islam di wilayah Jawa. Keberadaan makam dan masjid tersebut menjadi bukti bahwa Sunan memiliki pengaruh besar untuk Demak. Kedudukan Sunan Kalijaga sendiri sama seperti kepala daerah yang menguasai beberapa desa, dan mempunyai wewenang dalam mengaturnya. Area pemakaman Sunan Kalijaga juga menjadi salah satu tempat yang sering didatangi peziarah untuk sekedar mendoakan beliau atau berselawat. three. Pintu Bledek [GambasInstagram] Kemudian ada juga lawangbledek atau pintu petir yang dipahat oleh Ki Ageng Selo pada 1466 Masehi. Konon sejarahnya, pintu bledeg ini dirancang Ki Ageng Selo dengan sambaran petir menggunakan kekuatan supranatural yang dimilikinya. Pintu bledek pun diserahkan Ki Ageng kepada Raden Patah untuk digunakan sebagai pintu utama Masjid Agung Demak. Akan tetapi, keberadaan pintu bledeg sekarang telah disimpan dalam museum Masjid Agung Demak karena usianya yang sudah rapuh. iv. Soko Guru Soko tatal atau soko guru merupakan tiang penyangga Masjid Agung Demak, yang terbuat dari kayu berjumlah 4 buah. Tiang masjid tersebut dibuat oleh Sunan Bonang, Jati, Ampel dan Kalijaga, karena kisahnya dulu, pembangunan Masjid Demak berlangsung dalam waktu singkat. Keempat soko guru buatan para Sunan ini melambangkan persatuan dan diletakkan di bagian tengah masjid sebagai bentuk kekuatan. Hingga kini, beberapa textile Masjid Demak sudah banyak direnovasi karena kondisinya yang tidak memungkinkan. Namun masih dapat dilihat di museum Masjid Agung Demak. v. Dampar Kencana Tempat Duduk Raja Selanjutnya ada dampar kencana yaitu singgasana para raja yang biasa digunakan untuk khotbah mimbar di Masjid Agung Demak. Keberadaan mimbar ini pun sudah tidak dipergunakan seperti sebelumnya dan telah disimpan dalam museum masjid Demak supaya tetap terjaga. six. Piring Campa Lalu ada piring campa atau porselen sebanyak 61 buah, yang merupakan pemberian dari Ibu Raden Patah yaitu Siu Ban Ci. Piring campa tersebut kini dipasang di bagian dinding dalam Masjid Agung Demak, sehingga bagi para pengunjung yang mendatangi masjid dapat melihat peninggalan tersebut. 7. Mihrab Mihrab pengimaman juga salah satu warisan kerajaan Demak, yang di dalamnya terdapat gambar hewan bulus prasasti Condro Sengkolo. Prasasti Condro Sengkolo memiliki arti Sariro Sunyi Kiblating Gusti pada 1401 Saka atau 1479 Masehi, sebagai akulturasi budaya Islam dan Jawa. viii. Surya Majapahit [GambasInstagram] Ada pula surya Majapahit, sebuah gambar dekorasi berbentuk segi delapan yang dulunya terkenal di era Majapahit. Menurut beberapa sejarawan, surya Majapahit ini ditemukan saat bangunan kerajaan tersebut runtuh dan disebut lambangnya Majapahit. Keberadaan surya Majapahit sebagai peninggalan kerajaan Demak, terletak di Masjid Agung yang sebelumnya diperkirakan sudah diproduksi sejak 1401 – 1479 Masehi. avd/fef [GambasVideo CNN]
- Sejarah Masjid Agung Demak didirikan pada akhir abad ke-15 Masehi. Pendirinya adalah Raden Patah yang merupakan pangeran Majapahit sekaligus pemimpin pertama Kesultanan Demak, kerajaan Islam pertama di tahun pendirian Masjid Agung Demak terdapat banyak versi. Raden Patah mendirikan salah satu masjid tertua di Jawa Tengah ini dengan bantuan Walisongo yang kala itu tengah menyebarkan dakwah Agung Demak berdiri ketika Islam mulai berkembang di Jawa seiring keruntuhan Majapahit yang pernah menjadi kerajaan Hindu-Buddha terbesar di Jawa, bahkan di tidak mengherankan jika arsitektur Masjid Agung Demak mengandung unsur akulturasi budaya lokal Jawa, Hindu-Buddha, dan Islam dari & Pendiri Masjid Agung Demak Dikutip dari laman Dinas Pariwisata Kabupaten Demak, Masjid Agung Demak dibangun oleh Raden Patah bersama Walisongo pada abad ke-15 Masehi. Letaknya di Kampung Kauman, Kelurahan Bintoro, Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Muhammad Zaki dalam risetnya bertajuk "Kearifan Lokal Jawa pada Wujud Bentuk dan Ruang Arsitektur Tradisional Jawa" 2017 menyebutkan, pendirian Masjid Agung Demak terbagi dalam tiga tahap pembangunan. Tahap pertama adalah tahun 1466 M. Kala itu masjid masih berupa bangunan Pondok Glagah Wangi asuhan Sunan Ampel dan Raden Patah. Tahap kedua, tahun 1477 M, masjid dibangun kembali menjadi Masjid Kadipaten Glagah Wangi Demak. Tahap ketiga dilakukan pada 1478 M, bertepatan dengan diangkatnya Raden Patah menjadi sultan sehingga masjid juga Sejarah Kesultanan Demak Kerajaan Islam Pertama di Jawa Masjid Menara Kudus Sejarah, Pendiri, & Ciri Khas Arsitektur Sejarah Masjid Saka Tunggal Kebumen Ciri Arsitektur & Filosofinya Ada beberapa beberapa versi tahun pembangunan Masjid Agung Demak, yakni sebagai berikut 1. Menurut Babad Tanah Jawi Dikutip dari Babad Tanah Jawi suntingan Olthof 2017, Masjid Agung Demak didirikan pada akhir adab ke-15 M. Sunan Ampel membimbing daerah sekitar Demak menjadi pusat pengajaran agama Islam. Pada dekade 1470-an Masehi, Raden Patah menemui Sunan Ampel. Versi babad menyebutkan, Raden Patah adalah putra Brawijaya V 1478-1498, Raja Majapahit terakhir, dari istri seorang perempuan asal Cina bernama Siu Ban Patah kemudian masuk Islam, menetap, dan membantu Sunan Ampel menyebarkan Islam. 2. Babad Demak Menurut Babad Demak, Masjid Demak didirikan pada tahun 1399 Saka 1477 M ditandai dengan Candrasengkala “Lawang Trus Gunaning Janma”.Baca juga Sejarah Majapahit Corak Agama Kerajaan, Toleransi, & Peninggalan Sejarah Keruntuhan Kerajaan Majapahit & Prasasti Peninggalannya Sejarah Kerajaan Majapahit Negara Bubar di Masa Pancaroba 3. Candrasengkala Agus Maryanto dan Zaimul Azzah dalam Masjid Agung Demak 2012 menelisik sejarah berdirinya Masjid Agung Demak dari adalah susunan kata atau lukisan sengkalan yang menunjukkan angka tahun atau kronogramBerdasarkan candrasengkala yang terdapat pada mihrab tempat imam sholat bergambar kura-kura, terdapat lambang tahun 1401 Saka 1479 M yang diperkirakan sebagai tahun pembangunan Masjid Agung Lawang Bledek Lawang Bledek adalah pintu utama Masjid Agung Demak. Di hiasan pintu ini terdapat candrasengkala berbunyi “haga mulat salira wani”.Dari sini kemudian ditarik kesimpulan bahwa peletakan batu pertama oleh Raden Patah dilakukan pada 1477 M. Tahun 1479 M, Masjid Agung Demak beralih dari masjid kademangan menjadi masjid kesultanan dan baru diresmikan pada 1506 juga Sejarah Penyebab Keruntuhan Kerajaan Samudera Pasai Sejarah Keruntuhan Kerajaan Demak Penyebab dan Latar Belakang Sejarah Kerajaan Samudera Pasai Pendiri, Masa Jaya, & Peninggalan Ciri Arsitektur dan Keunikan Dikutip dari buku Sejarah 2 Kelas XI oleh Sardiman 2008, Masjid Agung Demak didirikan ketika Islam mulai berkembang di Jawa. Maka, Masjid Agung Demak membawa akulturasi budaya lokal Jawa, Hindu-Budha, dan Islam yang menjiad ciri khas sekaligus keunikan arsitektur bangunannya, di antaranya adalah Atap tumpang mirip punden berundak, menunjukkan hasil budaya lokal prasejarah di Indonesia. Atap tumpang ganjil, sama dengan tingkat bangunan pura Hindu berjumlah 3-11 tingkat. Selain itu, bentuk meru segitiga sebagai lambang persemayaman dewa dalam kepercayaan Hindu. Budaya Islam dilihat dari fungsinya sebagai tempat ibadah umat Islam dan beberapa ornamen yang disematkan. Dikutip dari buku Masjid Agung Demak oleh Agus Maryanto dan Zaimul Azzah 2012, masjid-masjid kuno seperti Masjid Agung Demak memiliki ciri-ciri bangunan sebagai berikut Memiliki Pagar keliling Ruang utama berdiri pada fondasi berdenah bujur sangkar Memiliki serambi dan kolam depan atau kanan-kiri. Mempunyai mihrab atau tempat berdirinya imam sholat. Mempunyai pawestren atau tempat Jemaah wanita Beratap tumpang dengan puncak mustaka. Baca juga Penjelasan 4 Teori Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia Contoh Akulturasi Budaya Islam dalam Bidang Seni dan Bangunan Sejarah Perkembangan Akulturasi Budaya Islam di Indonesia Artikel dalam laman Dinas Pariwisata Kabupaten Demak menyebutkan, atap Masjid Agung Demak berbentuk limas bersusun tiga yang mengambarkan akidah Islam yaitu, Iman, Islam, dan Ihsan. Tiang utama masjid atau saka guru dibuat Walisongo. Sebelah barat laut oleh Sunan Bonang, barat daya oleh Sunan Gunungjati, tenggara oleh Sunan Ampel dan timur laut oleh Sunan Kalijaga. Pintu masjid berjumlah lima berarti Rukun Islam. Jendela berjumlah enam buah bermakna Rukun Iman. Serambi Masjid Demak berukuran 30x17 meter, berupa ruang terbuka dengan atap berbentuk limas. Serambi berfungsi sebagai tempat sholat, pertemuan, musyawarah atau acara keagamaan. Tiang serambi memiliki 8 tiang utama berpenampang bujur sangkar terbuat dari kayu jati berukir dan 24 buah pilar berpenampang lintang bujur sangkar terbuat dari bata berspasi. Dua pertiga Saka dipenuhi ukuran motif daun sulur dan motif juga Modernisasi Transportasi Darat Sejarah & Dampaknya Sejarah dan Profil Sunan Ampel Wali Pendakwah di Jalur Politik Makna Sejarah Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia - Pendidikan Kontributor Syamsul Dwi MaarifPenulis Syamsul Dwi MaarifEditor Iswara N Raditya
Masjid Agung Demak merupakan salah satu masjid tertua yang ada di Indonesia yang terletak di Kampung Kauman, Demak. JAKARTA - Penyebaran agama Islam di tanah Jawa tak lepas dari pengaruh akulturasi budaya, khususnya dengan budaya lokal. Akulturasi ini merupakan manifestasi dari pengaruh peradaban dan budaya yang begitu mendominasi masyarakat Jawa pada saat itu. Bahkan, pada hampir semua tatanan sosial masyarakat, budaya dan peradaban menjadi objek akulturasi ini. Hingga para penyebar agama Islam di tanah Jawa memilihnya sebagai ruang untuk mentransformasikan budaya asli lokal ke dalam nilai-nilai Islami. Nuansa kental akulturasi ini setidaknya masih dapat dilihat dari berbagai saksi sejarah penyebaran Islam di tanah Jawa, salah satunya Masjid Agung Demak. Masjid Demak yang merupakan peninggalan bersejarah kerajaan Islam Demak ini, tetap berdiri kokoh di Jl Sultan Patah, Kecamatan Demak, Kabupaten Demak, Jateng. Masjid kebanggaan warga 'Bintoro'sebutan tlatah Demak ini memiliki ciri arsitektur yang khas. Pengaruh akulturasi menjadikan masjid yang berdiri di atas lahan seluas meter persegi ini memiliki perbedaan mencolok dengan tempat ibadah Muslim di Tanah Air pada umumnya. Sebagai salah satu bangunan masjid tertua di negeri ini, Masjid Agung Demak dibangun dengan gaya khas Majapahit, yang membawa corak kebudayaan Bali. Gaya ini berpadu harmonis dengan langgam rumah tradisional Jawa Tengah. Persinggungan arsitektur Masjid Agung Demak dengan bangunan Majapahit bisa dilihat dari bentuk atapnya. Namun, kubah melengkung yang identik dengan ciri masjid sebagai bangunan Islam, malah tak tampak. Sebaliknya, yang terlihat justru adaptasi dari bangunan peribadatan agama Hindu. Bentuk ini diyakini merupakan bentuk akulturasi dan toleransi masjid sebagai sarana penyebaran agama Islam di tengah masyarakat Hindu. Kecuali mustoko mahkota-Red yang berhias asma Allah dan menara masjid yang sudah mengadopsi gaya menara masjid Melayu. BACA JUGA Update Berita-Berita Politik Perspektif Klik di Sini
sebutkan 3 pengaruh peninggalan masjid agung demak bagi masyarakat sekitar